Avatar dan Mahdiisme: Penantian akan Sosok Penegak Keadilan di Muka Bumi
Avatar: The Legend of Aang
Siapa yang tidak mengenal kartun series Avatar: The Legend of Aang? Tentu sebagian besar dari kita telah mengetahui kartun yang menemani masa kanak-kanak kita. Namun, pernahkah membayangkan bahwa kartun yang terlihat lucu ini justru memiliki makna yang cukup dalam? Seperti yang telah dilampirkan di atas merupakan kalimat pembukaan di kartun tersebut. Terlihat tidak terlalu menarik dan mungkin membosankan karena seringkali mendengar kalimat tersebut berulang kali.
“Dahulu keempat negara hidup dengan damai”, “Namun saat dunia membutuhkannya, dia menghilang”, dan “Tapi aku yakin, Aang dapat menyelamatkan dunia”.
Tiga kalimat di atas yang saya tekankan tersebut memiliki makna yang cukup filosofis. Dimulai dari kalimat “Dahulu keempat negara hidup dengan damai”. Kata dahulu memiliki kedudukan sebagai yang sudah lampau atau yang sudah terjadi dan memiliki keadaan yang berbeda dengan saat ini. Hal ini mengontekskan bahwa keadaan saat ini tidaklah damai seperti kata yang dahulu maksudkan.
lalu kalimat “Namun saat dunia membutuhkannya, dia menghilang”. Kata dia di sini merujuk pada seorang Avatar yang dipercaya memiliki kemampuan lebih dibandingkan manusia lainnya, terutama untuk memperbaiki keadaan yang tidak damai — merujuk makna kata dahulu di kalimat sebelumnya.
“Tapi aku yakin, Aang dapat menyelamatkan dunia”. Aang merupakan salah satu Avatar yang menjadi penerus sebelumnya. Dua kalimat sebelumnya bersamaan dengan kata “menghilang”, dialah yang dimaksudkan. Seorang Avatar, terlebih Aang yang terlahir dan menghilang di tengah kehancuran yang disebabkan oleh negara api, diharapkan dapat menjadi penyelamat dunia dan menegakkan keadilan di dalamnya.
Mahdiisme, Meisaisme, Mahdawiyah
Mahdiisme, atau istilah lainnya yang kerap kali disandingkan, yakni Meisaisme dan Mahdawiyah merupakan keyakinan akan keberadaan sosok juru selamat yang akan datang untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Paham Mahdiisme sangat populer di kalangan Islam Syiah, karena mereka percaya bahwa Imam Mahdi AFS telah dilahirkan beberapa ratus tahun lalu, kemudian mengalami keghaiban, dari yang kecil (sugra) hingga keghaiban besar (kubra) yang saat ini masih berlangsung. Imam Mahdi suatu waktu akan diizinkan oleh Allah SWT untuk turun ke muka bumi dalam rangka menegakkan keadilan di tengah kekacauan yang ada.
Mahdi, selain merujuk kepada nama seseorang yang akan diutus oleh Allah, juga merujuk pada pemaknaan yang lebih dalam. Mahdi adalah orang yang telah menerima petunjuk Allah dalam makna “menunjukkan jalan” yang telah ditunjukkan padanya. Menurut hadis-hadis terpercaya, “Mahdi” merupakan gelar dari tokoh yang dijanjikan di akhir jaman dan memiliki silsilah keturunan dan kualitas-kualitasnya telah dijelaskan dalam hadis-hadis terpercaya, serta tidak berlaku bagi siapapun kecuali Imam ke-12, yaitu putra dari Imam Hasan Askari As.
Gelar “Mahdi” dalam makna orang yang menerima petunjuk Allah adalah orang yang akan memenuhi dunia dengan kebenaran dan keadilan dan orang yang memiliki kualitas-kualitas istimewa. Mahdi dalam pengertian penyelamat dan penebus — dan kata-kata sinonim lain seperti ini dari Allah juga semata-mata gelarnya.
Avatar dan Imam Mahdi AFS
Berangkat dari penjabaran sebelumnya, dapat kita fokuskan akan kesamaan yang dimiliki keduanya, yakni mendatangkan keselamatan dan keadilan bersamaan dengan kehadirannya. Kedatangan akan keduanya sangat diharapkan oleh seluruh manusia di muka bumi yang menginginkan kedamaian di tengah dunia yang semakin penuh akan kerusakan. Avatar yang kedatangannya dinantikan ketika Negeri Api membuat kerusakan, menjajah negeri lain, merampas sumber daya alam dan manusia, serta merusak alam demi kepentingannya. Begitu pula dengan Imam Mahdi AFS dengan keadaan yang penuh kezaliman, penindasan pada kaum yang lemah, penyelewengan agama, dan ketidakadilan, akan datang untuk membalikkan keadaan.
Kesimpulan
Avatar, yang seringkali dianggap tidak memiliki makna hanya karena kartun semata, justru berhasil memiliki persamaan dengan konsep filosofis akan juru selamat di hari akhir nanti. Tidak hanya konsep Mahdiisme yang memiliki kesamaan dengan kartun Avatar, saya juga sudah menganalisis dengan berbagai aspek, salah satunya dari aspek historis yang memiliki kesamaan dengan invasi China yang dilakukan terhadap Tibet. Sebagai penutup dari tulisan kali ini, akan saya sajikan salah satu pesan yang diambil dari buku “100 Pesan di Masa Keghaiban Imam Mahdi AFS”:
“Seseorang yang menunggu sesuatu selalu memiliki tanda atas penantiannya. Petani yang menunggu hujan adalah petani yang membajak sawah, menebar benih, dan pekerjaan tani lainnya. Setelah itu barulah dia duduk dan tengadahkan wajah menunggu menggumpalnya awan hitam dan turunnya hujan dari langit. Ketika awan-awan itu tidak menumpahkan airnya, dia bersedih dan berduka. Itulah makna menunggu. Adapun petani yang hanya tinggal di gubuknya dan tidak menggarap sawah, maka penantiannya terhadap hujan adalah penantian dusta. Imam seperti awan mendung, seperti matahari dan hujan yang akan turun menunggu tanah yang layak untuk mendapatkan curahan airnya.”
Referensi:
Al-Khazimi, S. H. (2015). In 100 Pesan di Masa Keghaiban Imam Mahdi (p. 41). Jakarta: NUR AL-HUDA.
Gulpagani, S. L. (2012). In Menyongsong Juru Selamat Akhir Zaman (pp. 83–92). Jakarta: Nur Al-Huda.